Red Crown Glitter Ribbon

Selasa, 14 November 2017

MASJID BAITURROCHIM

            Masjid merupakan tempat bagi umat muslim untuk beribadah. Masjid di Indonesia bak jamur di musim hujan mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Keberadaannya sangat mudah dijumpai baik di kota bahkan di desa. Hampir disetiap desa memiliki masjid  dan beberapa musholla. Masjid didirikan dengan berbagai faktor atau alasan.  Contohnya masjid dibangun di desa karena tidak adanya masjid yang dekat dari desa tersebut.  Masjid terdahulu biasanya terletak di tempat yang agak jauh dari beberapa rumah  warga. Sehingga menyebabkan warga malas untuk beribadah di masjid. Selain itu, beberapa masjid di desa tidaklah langsung berwujud masjid tetapi biasanya melalui tahapan. Seperti awalnya hanya dibangun tempat untuk berkumpul. Kemudian dibuat tempat untuk  sholat yang disebut musholla lalu berkembang lebih besar lagi menjadi masjid.
            Salah satu masjid yang dibangun dengan beberapa tahapan diatas adalah Masjid Baiturrochim. Masjid tersebut saya jadikan objek observasi untuk mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. Masjid ini saya pilih karena letaknya yang dekat rumah tepatnya di sebelah utara rumah saya. Untuk mendapatkan data-data mengenai sejarah Masjid Baiturrochim saya menggunaka metode observasi dan wawancara. Metode observasi saya lakukan untuk mengamati bagaimana kondisi masjid. Dari segi bentuk fisik bangunan dan kegiatan apa saja yang dilakukan di masjid tersebut. Metode wawancara saya lakukan untuk menggali bagaimana sejarah dari Masjid Baiturrochim ini.
            Wawancara saya lakukan dengan beberapa orang yang mengetahui latar belakang dibangunnya Masjid tersebut. Orang-orang tersebut ialah pertama Pak Samsul Hadi, beliau sebagai imam masjid sedikit banyak mengetahui sejarah dibangunnya Masjid Baiturrochim. Beliau juga adalah anak dari Almarhum Mbah Patmo Saian, penggagas terbentuknya tempat pembinaan yang sekarang menjadi masjid. Narasumber kedua yaitu Mbah Suminem, beliau adalah istri dari Almarhum Mbah Patmo. Meskipun beliau sudah sangat sepuh sekitar berusia 90 tahun, setidaknya beliau masih mengingat bagaimana masjid yang ada sekarang bisa berdiri. Walaupun tidak sampai detailnya karena beliau hanya dapat samar-samar mengingatnya. Narasumber terakhir ialah Mas Iksan, sebagai ustadz yang mengajar di TPA masjid ini, tentu saja saya wawancarai beliau tentang kegiatan TPA yang berlangsung di Masjid ini.
            Dibangun dengan latar belakang yang cukup menarik, yaitu karena bertujuan untuk mengamankan warga desa agar terhindar dari gerakan-gerakan berbahaya seperti PKI. Saya akan mengulas bagaimana sejarah Masjid Baiturrochim disini? Mengapa sampai dibangun masjid? Apa ada tahapan dalam pembangunan masjid tersebut? dan lain sebagainya. Ulasan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan kita tentang bagaimana perkembangan  di desa-desa. Bahwa ternyata setiap masjid memiliki historynya masing-masing. History tersebut dapat menjadi sebagian kecil dari sejarah peradaban islam khususnya di desa tempat tinggal kita.

DESKRIPSI MASJID BAITURROCHIM

            Kembali ke fokus kita tentang hal menarik dari Masjid Baiturrochim. Dibangun di atas tanah wakaf peninggalan Mbah (Alm). Patmo Saian, Masjid ini berbentuk persegi panjang dengan luas bangunan sekitar 108 cm2. Temboknya berwarna putih dan hijau, setengah bagian atas dicat berwarna putih, sedangkan setengah bagian bawah dikeramik warna hijau. Lantainya berkeramik berwarna putih dengan corak cream. Untuk pembagian shof sholat antara perempuan dan laki-laki. Jamaah laki-laki berada di ruang utama masjid, sedangkan untuk perempuan berada di ruang tambahan di samping ruang utama yang di batasi tembok dan satu pintu. Selain itu jamaah perempuan juga ada yang sholat di teras masjid yang dikelilingi tembok dan pagar. Biasanya teras ini digunakan jamaah perempuan untuk sholat tarawih karena banyaknya jamaah yang datang. Selain itu juga digunakan untuk pengajian, sedangkan dulu sebelum dibangun pesantren digunakan untuk santri mengaji.
            Alas untuk dipakai sholat menggunakan karpet hijau dengan gambar masjid masjid-masjid kebanyakan. Masjid ini memiliki 6 pintu kayu dan 4 pintu pagar besi. Empat pintu kayu terletak di bagian depan ruang utama, satu pintu kayu di selatan, dan satu pintu kayu di bagian utara. Dikelilingi lagi dengan pagar tembok dibagian barat dan pagar besi dibagian selatan. Memiliki tempat wudhu di sebelah selatan masjid ada 2 kran dan disebelah barat masjid ada 3 kran serta 2 kamar mandi. Dilengkapi juga fasilitas lain seperti kipas turbo berjumlah 3 dan 1 kipas biasa. 2 kipas turbo di tempel pada tembok ruang utama, sedangkan 1 kipas turbo lain dan 1 kipas biasa di pasang di tempat sholat jamaah perempuan di sebelah utara ruang utama.
            Selain itu ada sound berjumlah 3 diletakkan di sudut ruangan. Pengeras suara yang ada diatas masjid, 2 mic, 2 jam dinding di ruang utama dan teras. Ada mimbar yang biasanya digunakan untuk khotbah sholat masjid dan saat setelah melaksanakan sholat tarawih. Ada juga rak untuk meletakkan Al-Quran dan kitab-kitab panduan. Masjid Baiturrochim mempunyai 1 kubah kecil berwarna perak, diatas kubah ini ada kaligrafi bertuliskan Allah dengan bahas arab. Peralatan lainnya ialah bedug, bedug ini dipukul pada saat sebelum mengumandangkan adzan sholat jumat atau pada saat malam takbiran. Masjid ini juga menyediakan keranda yang diletakkan di ruang kecil di bagian barat.

MENGHINDARI PKI  WARGA GOTONG ROYONG BANGUN MASJID

            Masjid ini dibangun sekitar tahun 1965. Sebagaimana kita tahu tahun 1965 menjadi salah satu tahun yang buruk bagi bangsa Indonesia. Pemberontakan PKI yang terjadi pada tahun tersebut mempunyai dampak tersendiri dibangunnya Masjid di desa Jatirejo. Bersama Bapak Samsul Hadi selaku imam Masjid Baiturrochim beliau menceritakan pengaruh pemberontakan PKI di desa tersebut. Selain itu juga ada Mbah Suminem, Ibu dari Bapak Samsul, yang ikut melengkapi awal mula masjid tersebut dibangun.
            Mbah Suminem menuturkan permasalahan mulai terjadi pada saat pemilihan umum pertama di Indonesia pada tahun 1965, terdapat empat partai besar yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI) dengan lambang pohon beringin, Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dengan lambang banteng, Nahdlatul Ulama (NU) dengan lambang bintang bulan, dan Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan lambang palu arit. Perlu diluruskan pada pemilu tersebut terdapat empat partai besar yang memenangkan pemilu tersebut. Empat partai besar itu ialah Partai Nasional Indonesia (PNI),  Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), Nahdatul Ulama (NU), dan Partai Komunis Indonesia (PKI).
            Mbah Patmo Saian, suami Mbah Suminem, beliau memilih partai berlambang bintang bulan yang mana itu adalah NU. Beliau memang berasal dari keturunan kyai Ngawi yang beraliran NU. Orang-orang yang dekat dengan beliau kebanyakan memilih NU. Namun para petani mayoritas memilih PKI karena dengan lambang palu dan arit. Menurut mereka PKI akan pro terhadap para petani karena dilihat dari lambangnya palu arit yang mana sebagai gaman (peralatan) para petani. Namun, ternyata pilihan mereka itu salah. Tentara siliwangi yang ditugaskan untuk memberantas siapapun yang pro terhadap PKI melakukan aksinya. Mereka menciduk siapa-siapa yang telah memilih PKI dan menahannya.
            Di desa Jatirejo ada tiga orang yang ditahan, yaitu Mbah Yoso, Mbah Karyomanto, dan Mbah Marto Lugi. Namun akhirnya mereka dibebaskan. Selain itu Mbah Patmo Saian juga menjadi salah satu targetnya namun tidak sampai ditahan. Alasannya karena Mbah Patmo bekerja di pabrik karet bernama Sabupri daerah Batu Jamus Karanganyar. Pabrik tersebut adalah pabrik yang pro terhadap PKI, dan menimbulkan dugaan bahwa para pekerja disana juga ikut mendukung PKI. Nyatanya beliau hanya bekerja tanpa ikut campur urusan tentang PKI.
            Tentara siliwangi terus melakukan tugasnya banyak warga desa yang akhirnya terciduk tanpa tahu apa salahnya. Hal ini membuat Mbah Patmo geram. Beliau lantas melapor ke Pak Lurah untuk meminta perlindungan agar warga desa tidak diciduki. Jika banyak warga yang diciduki lalu siapa yang akan mengurusi desa ini? Siapa yang akan membangun jalan, jembatan dan tempat umum lainnya? Jika warga desanya tidak ada. Oleh beliau Mbah Patmo Saian diajaklah para warga agar tidak ikut-ikutan gerakan yang bertolak belakang dengan karakter bangsa, seperti PKI itu. Beliau mengajak para warga untuk menyibukkan diri dengan kegiatan yang lebih positif seperti sholat, mengaji, membangun jalan, membangun jembatan dari pohon randu.
            Awalnya warga desa Jatirejo banyak yang belum meyakini agama. Sebagai upaya untuk menyebarkan Agama Islam kemudian warga desa juga diajak untuk membuat langgar sebagai tempat mereka sholat dan diberi pembinaan tentang ilmu-ilmu agama islam. Langgar ini dibangun atas dasar gotong royong warga desa jatirejo. Bantuan berupa bata, kayu, dan bahan-bahan untuk membuat langgar terus dikumpulkan. Selain itu bantuan berupa tenaga juga dilakukan. Semua atas  keikhlasan para warga menyumbang untuk pembangunan langgar. Pada akhirnya sedikit demi sedikit terus terbangun menjadi langgar.
            Musholla atau lebih familiar disebut langgar tersebut terus berkembang. Bapak Samsul Hadi menjadi pelopor terbentuknya masjid. Setelah pulang dari pesantren beliau melihat para jamaah laki-laki yang tidak melaksanakan sholat jumat. Atas dasar fiqih dimana terdapat sekitar 40 orang laki-laki dan sudah merdeka, sudah bisa untuk melaksanakan sholat jumat. Tanahnya pun sudah diwakafkan oleh yang mewakafkan, yaitu Mbah Patmo Saian. Hingga sekarang Masjid Baiturrochim menjadi masjid kebanggan desa Jatirejo yang memiliki keunikan sejarah didalamnya.

KEGIATAN RUTIN TPA MASJID BAITURROCHIM

            Seiring berjalannya waktu masjid ini semakin makmur. Bangunan yang direnovasi seperti menambahkan pagar, menambah fasilitas interior agar jamaah merasa nyaman saat beribadah. Dari segi kegiatan pun terus bekembang yang awalnya hanya untuk sholat 5 waktu menjadi bisa untuk dipakai sholat jumat, i’tikaf dan pengajian. Bahkan masjid tersebut memiliki acara rutin seperti jumat reginan muslimah, pengajian ibu-ibu setiap malam rabu dan pengajian bapak-bapak setiap malam jumat. Selain itu terdapat juga kegiatan mengaji anak-anak yang biasa di sebut TPA.
            Sekitar tahun 1999 Pak Samsul mulai mengajar mengaji. Dimulai dari mengajar santri kalong (santri yang datang lalu pulang) dua orang tiga orang anak-anak terus berkembang. Awalnya kegiatan TPA ini dilakukan di masjid. Kemudian oleh beliau dibangun pesantren kecil bertingkat dua di sebelah timur masjid. Kegiatan TPA terus berkembang pesat empat tahun terakhir ini.
            Santri yang mengaji sudah sampai 60 orang. Kelas mengaji ini dibagi menjadi beberapa kelas. Tingkatan awal dimulai dari madrasah persiapan kelas 2 dan kelas 3. Kemudian kelas nawi 1,2,3, dan kelas aliyah 1,2,3. Jadwal TPA-nya sendiri masuk setiap hari, setiap setelah maghrib sampai jam setengah sembilan atau jam delapan. Mereka di ajarkan tentang tajwid, nahwu, sorof, menghafal kitab dan akidah-akidah islam.
            Santri-santri ini juga ditargetkan untuk dapat menghafal satu tahun satu kitab. Dari lai kitab sun sirah san ala la, kitab syifaul jinan dan idhotun sifian, dan kitab jurumiyah. TPA ini menggunakan metode kitab kuning ala pesantren. Maksudnya yang mengajar di TPA tersebut adalah para alumni pesantren seperti Mas Iksan dari Kaliwungu dan Mbak Alfi dari Kediri. Jadi mengambil konsep dari pesantren, namun levelnya diturunkan seperti jika di pesantren menghafal satu tahun bisa sampai dua atau tiga kitab disini hanya satu kitab.
            Masalah pembayaran setiap murid membayar sebesar tiga puluh ribu rupiah per bulan. Angka tersebut didapat dari musyawarah para wali santri. Namun jika ada santri yang keadaan ekonominya kurang mencukupi boleh-boleh saja tidak membayar.uang pembayaran tersebut iatilahnya digunakan untuk mengganti uang bensin para ustad. Ustad yang mengajar disini ada 3, Mbak Alfi, Mas Iksan, dan Pak Samsul. Sebelumnya dibantu oleh ustad dari luar desa seperti Ustad Hartanto, Istad Suwarno, dan Ustad Sulono.

REFLEKSI

            Masjid Baiturrochim menurut saya adalah masjid yang unik. Sebenarnya dari segi bentuk bangunan tidak begitu spesial. Sama seperti masjid-masjid pada umumnya. Memiliki bentuk persegi dan memiliki kubah. Hal unik dari masjid ini seperti yang disebutkan diatas tentang bagaimana latar belakang dibangunnya masjid baiturrochim ini. Awalnya membangun tempat untuk pembinaan warga agar terhindar dari gerakan-gerakan yang melawan negara hingga terbentuklah tempat untuk beribadah umat muslim yaitu masjid. Cerita tentang alasan dibangunnya Masjid Baiturrochim ini menambah pengetahuan kita terhadap perkembangan masjid di sekitar rumah kita.
            Selain itu kita juga bisa melihat bagaimana Mbah Patmo mengajak para warga untuk masuk islam dan memperkokoh iman. Mengajak sholat berjamaah dan mengadakan pengajian menjadi kiat-kiat Mbah Patmo untuk terus konsisten meyakini agama islam sebagai agama yang paling benar. Melalui Masjid Baiturrochim yang dari masa kemasa semakin berkembang mempermudah untuk senantiasa istiqomah di jalan Allah SWT. Masjid Baiturrochim memang cukup berpengaruh dalam perkembangan agama islam di desa Jatirejo ini khususnya.
            Meskipun begitu masih terdapat beberapa kekurangan seperti saat mengumandangkan adzan yang terkadang telat. Adzan ashar misalkan, masjid-masjid lain sudah adzan sekitar jam 3 sore namun di masjid ini adzan baru berkumandang sekitar jam setengah 4 sore. Selain itu juga jamaah yang tidak begitu banyak saat sholat 5 waktu, mungkin hal ini sering terjadi di masjid-masjid desa. Masjid akan terisi penuh pada waktu-waktu tertentu seperti sholat tarawih, sholat jumat, dan pengajian. Namun kekurangan tersebut tidak menurunkan eksistensi  Masjid Baiturrochim sebagai salah satu tempat yang memiliki sejarah dalam perkembangan dan peradaban islam di desa Jatirejo.


GAMBAR MASJID BAITURROCHIM



HASIL PENGECEKAN PLAGRAMME