Masjid
merupakan tempat bagi umat muslim untuk beribadah. Masjid di Indonesia bak
jamur di musim hujan mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim.
Keberadaannya sangat mudah dijumpai baik di kota bahkan di desa. Hampir
disetiap desa memiliki masjid dan beberapa musholla. Masjid didirikan
dengan berbagai faktor atau alasan. Contohnya masjid dibangun di desa
karena tidak adanya masjid yang dekat dari desa tersebut. Masjid
terdahulu biasanya terletak di tempat yang agak jauh dari beberapa rumah
warga. Sehingga menyebabkan warga malas untuk beribadah di masjid. Selain
itu, beberapa masjid di desa tidaklah langsung berwujud masjid tetapi biasanya
melalui tahapan. Seperti awalnya hanya dibangun tempat untuk berkumpul.
Kemudian dibuat tempat untuk sholat yang disebut musholla lalu berkembang
lebih besar lagi menjadi masjid.
Salah
satu masjid yang dibangun dengan beberapa tahapan diatas adalah Masjid
Baiturrochim. Masjid tersebut saya jadikan objek observasi untuk mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam. Masjid ini saya pilih karena letaknya yang dekat rumah
tepatnya di sebelah utara rumah saya. Untuk mendapatkan data-data mengenai
sejarah Masjid Baiturrochim saya menggunaka metode observasi dan wawancara.
Metode observasi saya lakukan untuk mengamati bagaimana kondisi masjid. Dari
segi bentuk fisik bangunan dan kegiatan apa saja yang dilakukan di masjid
tersebut. Metode wawancara saya lakukan untuk menggali bagaimana sejarah dari
Masjid Baiturrochim ini.
Wawancara
saya lakukan dengan beberapa orang yang mengetahui latar belakang dibangunnya
Masjid tersebut. Orang-orang tersebut ialah pertama Pak Samsul Hadi, beliau
sebagai imam masjid sedikit banyak mengetahui sejarah dibangunnya Masjid
Baiturrochim. Beliau juga adalah anak dari Almarhum Mbah Patmo Saian, penggagas
terbentuknya tempat pembinaan yang sekarang menjadi masjid. Narasumber kedua
yaitu Mbah Suminem, beliau adalah istri dari Almarhum Mbah Patmo. Meskipun
beliau sudah sangat sepuh sekitar berusia 90 tahun, setidaknya beliau masih
mengingat bagaimana masjid yang ada sekarang bisa berdiri. Walaupun tidak
sampai detailnya karena beliau hanya dapat samar-samar mengingatnya. Narasumber
terakhir ialah Mas Iksan, sebagai ustadz yang mengajar di TPA masjid ini, tentu
saja saya wawancarai beliau tentang kegiatan TPA yang berlangsung di Masjid
ini.
Dibangun
dengan latar belakang yang cukup menarik, yaitu karena bertujuan untuk
mengamankan warga desa agar terhindar dari gerakan-gerakan berbahaya seperti
PKI. Saya akan mengulas bagaimana sejarah Masjid Baiturrochim disini? Mengapa
sampai dibangun masjid? Apa ada tahapan dalam pembangunan masjid tersebut? dan
lain sebagainya. Ulasan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan kita tentang
bagaimana perkembangan di desa-desa. Bahwa ternyata setiap masjid
memiliki historynya masing-masing. History tersebut dapat menjadi sebagian
kecil dari sejarah peradaban islam khususnya di desa tempat tinggal kita.
DESKRIPSI MASJID BAITURROCHIM
Kembali
ke fokus kita tentang hal menarik dari Masjid Baiturrochim. Dibangun di atas
tanah wakaf peninggalan Mbah (Alm). Patmo Saian, Masjid ini berbentuk persegi
panjang dengan luas bangunan sekitar 108 cm2. Temboknya berwarna putih dan
hijau, setengah bagian atas dicat berwarna putih, sedangkan setengah bagian
bawah dikeramik warna hijau. Lantainya berkeramik berwarna putih dengan corak
cream. Untuk pembagian shof sholat antara perempuan dan laki-laki. Jamaah
laki-laki berada di ruang utama masjid, sedangkan untuk perempuan berada di
ruang tambahan di samping ruang utama yang di batasi tembok dan satu pintu.
Selain itu jamaah perempuan juga ada yang sholat di teras masjid yang
dikelilingi tembok dan pagar. Biasanya teras ini digunakan jamaah perempuan
untuk sholat tarawih karena banyaknya jamaah yang datang. Selain itu juga
digunakan untuk pengajian, sedangkan dulu sebelum dibangun pesantren digunakan
untuk santri mengaji.
Alas
untuk dipakai sholat menggunakan karpet hijau dengan gambar masjid
masjid-masjid kebanyakan. Masjid ini memiliki 6 pintu kayu dan 4 pintu pagar
besi. Empat pintu kayu terletak di bagian depan ruang utama, satu pintu kayu di
selatan, dan satu pintu kayu di bagian utara. Dikelilingi lagi dengan pagar
tembok dibagian barat dan pagar besi dibagian selatan. Memiliki tempat wudhu di
sebelah selatan masjid ada 2 kran dan disebelah barat masjid ada 3 kran serta 2
kamar mandi. Dilengkapi juga fasilitas lain seperti kipas turbo berjumlah 3 dan
1 kipas biasa. 2 kipas turbo di tempel pada tembok ruang utama, sedangkan 1
kipas turbo lain dan 1 kipas biasa di pasang di tempat sholat jamaah perempuan
di sebelah utara ruang utama.
Selain
itu ada sound berjumlah 3 diletakkan di sudut ruangan. Pengeras suara yang ada
diatas masjid, 2 mic, 2 jam dinding di ruang utama dan teras. Ada mimbar yang
biasanya digunakan untuk khotbah sholat masjid dan saat setelah melaksanakan
sholat tarawih. Ada juga rak untuk meletakkan Al-Quran dan kitab-kitab panduan.
Masjid Baiturrochim mempunyai 1 kubah kecil berwarna perak, diatas kubah ini
ada kaligrafi bertuliskan Allah dengan bahas arab. Peralatan lainnya ialah
bedug, bedug ini dipukul pada saat sebelum mengumandangkan adzan sholat jumat
atau pada saat malam takbiran. Masjid ini juga menyediakan keranda yang
diletakkan di ruang kecil di bagian barat.
MENGHINDARI PKI WARGA GOTONG ROYONG
BANGUN MASJID
Masjid
ini dibangun sekitar tahun 1965. Sebagaimana kita tahu tahun 1965 menjadi salah
satu tahun yang buruk bagi bangsa Indonesia. Pemberontakan PKI yang terjadi
pada tahun tersebut mempunyai dampak tersendiri dibangunnya Masjid di desa
Jatirejo. Bersama Bapak Samsul Hadi selaku imam Masjid Baiturrochim beliau
menceritakan pengaruh pemberontakan PKI di desa tersebut. Selain itu juga ada
Mbah Suminem, Ibu dari Bapak Samsul, yang ikut melengkapi awal mula masjid
tersebut dibangun.
Mbah
Suminem menuturkan permasalahan mulai terjadi pada saat pemilihan umum pertama
di Indonesia pada tahun 1965, terdapat empat partai besar yaitu Partai Nasional
Indonesia (PNI) dengan lambang pohon beringin, Partai Demokrasi Indonesia (PDI)
dengan lambang banteng, Nahdlatul Ulama (NU) dengan lambang bintang bulan, dan
Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan lambang palu arit. Perlu diluruskan pada
pemilu tersebut terdapat empat partai besar yang memenangkan pemilu tersebut.
Empat partai besar itu ialah Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai
Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi), Nahdatul Ulama (NU), dan Partai
Komunis Indonesia (PKI).
Mbah
Patmo Saian, suami Mbah Suminem, beliau memilih partai berlambang bintang bulan
yang mana itu adalah NU. Beliau memang berasal dari keturunan kyai Ngawi yang
beraliran NU. Orang-orang yang dekat dengan beliau kebanyakan memilih NU. Namun
para petani mayoritas memilih PKI karena dengan lambang palu dan arit. Menurut
mereka PKI akan pro terhadap para petani karena dilihat dari lambangnya palu
arit yang mana sebagai gaman (peralatan) para petani. Namun, ternyata pilihan
mereka itu salah. Tentara siliwangi yang ditugaskan untuk memberantas siapapun
yang pro terhadap PKI melakukan aksinya. Mereka menciduk siapa-siapa yang telah
memilih PKI dan menahannya.
Di
desa Jatirejo ada tiga orang yang ditahan, yaitu Mbah Yoso, Mbah Karyomanto,
dan Mbah Marto Lugi. Namun akhirnya mereka dibebaskan. Selain itu Mbah Patmo
Saian juga menjadi salah satu targetnya namun tidak sampai ditahan. Alasannya
karena Mbah Patmo bekerja di pabrik karet bernama Sabupri daerah Batu Jamus
Karanganyar. Pabrik tersebut adalah pabrik yang pro terhadap PKI, dan
menimbulkan dugaan bahwa para pekerja disana juga ikut mendukung PKI. Nyatanya
beliau hanya bekerja tanpa ikut campur urusan tentang PKI.
Tentara
siliwangi terus melakukan tugasnya banyak warga desa yang akhirnya terciduk
tanpa tahu apa salahnya. Hal ini membuat Mbah Patmo geram. Beliau lantas
melapor ke Pak Lurah untuk meminta perlindungan agar warga desa tidak diciduki.
Jika banyak warga yang diciduki lalu siapa yang akan mengurusi desa ini? Siapa
yang akan membangun jalan, jembatan dan tempat umum lainnya? Jika warga desanya
tidak ada. Oleh beliau Mbah Patmo Saian diajaklah para warga agar tidak
ikut-ikutan gerakan yang bertolak belakang dengan karakter bangsa, seperti PKI
itu. Beliau mengajak para warga untuk menyibukkan diri dengan kegiatan yang
lebih positif seperti sholat, mengaji, membangun jalan, membangun jembatan dari
pohon randu.
Awalnya
warga desa Jatirejo banyak yang belum meyakini agama. Sebagai upaya untuk
menyebarkan Agama Islam kemudian warga desa juga diajak untuk membuat langgar
sebagai tempat mereka sholat dan diberi pembinaan tentang ilmu-ilmu agama
islam. Langgar ini dibangun atas dasar gotong royong warga desa jatirejo.
Bantuan berupa bata, kayu, dan bahan-bahan untuk membuat langgar terus
dikumpulkan. Selain itu bantuan berupa tenaga juga dilakukan. Semua atas
keikhlasan para warga menyumbang untuk pembangunan langgar. Pada akhirnya
sedikit demi sedikit terus terbangun menjadi langgar.
Musholla
atau lebih familiar disebut langgar tersebut terus berkembang. Bapak Samsul
Hadi menjadi pelopor terbentuknya masjid. Setelah pulang dari pesantren beliau
melihat para jamaah laki-laki yang tidak melaksanakan sholat jumat. Atas dasar
fiqih dimana terdapat sekitar 40 orang laki-laki dan sudah merdeka, sudah bisa
untuk melaksanakan sholat jumat. Tanahnya pun sudah diwakafkan oleh yang
mewakafkan, yaitu Mbah Patmo Saian. Hingga sekarang Masjid Baiturrochim menjadi
masjid kebanggan desa Jatirejo yang memiliki keunikan sejarah didalamnya.
KEGIATAN RUTIN TPA MASJID BAITURROCHIM
Seiring
berjalannya waktu masjid ini semakin makmur. Bangunan yang direnovasi seperti
menambahkan pagar, menambah fasilitas interior agar jamaah merasa nyaman saat
beribadah. Dari segi kegiatan pun terus bekembang yang awalnya hanya untuk
sholat 5 waktu menjadi bisa untuk dipakai sholat jumat, i’tikaf dan pengajian.
Bahkan masjid tersebut memiliki acara rutin seperti jumat reginan muslimah,
pengajian ibu-ibu setiap malam rabu dan pengajian bapak-bapak setiap malam
jumat. Selain itu terdapat juga kegiatan mengaji anak-anak yang biasa di sebut
TPA.
Sekitar
tahun 1999 Pak Samsul mulai mengajar mengaji. Dimulai dari mengajar santri
kalong (santri yang datang lalu pulang) dua orang tiga orang anak-anak terus
berkembang. Awalnya kegiatan TPA ini dilakukan di masjid. Kemudian oleh beliau
dibangun pesantren kecil bertingkat dua di sebelah timur masjid. Kegiatan TPA
terus berkembang pesat empat tahun terakhir ini.
Santri
yang mengaji sudah sampai 60 orang. Kelas mengaji ini dibagi menjadi beberapa
kelas. Tingkatan awal dimulai dari madrasah persiapan kelas 2 dan kelas 3.
Kemudian kelas nawi 1,2,3, dan kelas aliyah 1,2,3. Jadwal TPA-nya sendiri masuk
setiap hari, setiap setelah maghrib sampai jam setengah sembilan atau jam
delapan. Mereka di ajarkan tentang tajwid, nahwu, sorof, menghafal kitab dan
akidah-akidah islam.
Santri-santri
ini juga ditargetkan untuk dapat menghafal satu tahun satu kitab. Dari lai
kitab sun sirah san ala la, kitab syifaul jinan dan idhotun sifian, dan kitab
jurumiyah. TPA ini menggunakan metode kitab kuning ala pesantren. Maksudnya
yang mengajar di TPA tersebut adalah para alumni pesantren seperti Mas Iksan
dari Kaliwungu dan Mbak Alfi dari Kediri. Jadi mengambil konsep dari pesantren,
namun levelnya diturunkan seperti jika di pesantren menghafal satu tahun bisa sampai
dua atau tiga kitab disini hanya satu kitab.
Masalah
pembayaran setiap murid membayar sebesar tiga puluh ribu rupiah per bulan.
Angka tersebut didapat dari musyawarah para wali santri. Namun jika ada santri
yang keadaan ekonominya kurang mencukupi boleh-boleh saja tidak membayar.uang
pembayaran tersebut iatilahnya digunakan untuk mengganti uang bensin para
ustad. Ustad yang mengajar disini ada 3, Mbak Alfi, Mas Iksan, dan Pak Samsul.
Sebelumnya dibantu oleh ustad dari luar desa seperti Ustad Hartanto, Istad
Suwarno, dan Ustad Sulono.
REFLEKSI
Masjid
Baiturrochim menurut saya adalah masjid yang unik. Sebenarnya dari segi bentuk
bangunan tidak begitu spesial. Sama seperti masjid-masjid pada umumnya.
Memiliki bentuk persegi dan memiliki kubah. Hal unik dari masjid ini seperti
yang disebutkan diatas tentang bagaimana latar belakang dibangunnya masjid
baiturrochim ini. Awalnya membangun tempat untuk pembinaan warga agar terhindar
dari gerakan-gerakan yang melawan negara hingga terbentuklah tempat untuk beribadah
umat muslim yaitu masjid. Cerita tentang alasan dibangunnya Masjid Baiturrochim
ini menambah pengetahuan kita terhadap perkembangan masjid di sekitar rumah
kita.
Selain
itu kita juga bisa melihat bagaimana Mbah Patmo mengajak para warga untuk masuk
islam dan memperkokoh iman. Mengajak sholat berjamaah dan mengadakan pengajian
menjadi kiat-kiat Mbah Patmo untuk terus konsisten meyakini agama islam sebagai
agama yang paling benar. Melalui Masjid Baiturrochim yang dari masa kemasa
semakin berkembang mempermudah untuk senantiasa istiqomah di jalan Allah SWT.
Masjid Baiturrochim memang cukup berpengaruh dalam perkembangan agama islam di
desa Jatirejo ini khususnya.
Meskipun
begitu masih terdapat beberapa kekurangan seperti saat mengumandangkan adzan
yang terkadang telat. Adzan ashar misalkan, masjid-masjid lain sudah adzan
sekitar jam 3 sore namun di masjid ini adzan baru berkumandang sekitar jam
setengah 4 sore. Selain itu juga jamaah yang tidak begitu banyak saat sholat 5
waktu, mungkin hal ini sering terjadi di masjid-masjid desa. Masjid akan terisi
penuh pada waktu-waktu tertentu seperti sholat tarawih, sholat jumat, dan
pengajian. Namun kekurangan tersebut tidak menurunkan eksistensi Masjid
Baiturrochim sebagai salah satu tempat yang memiliki sejarah dalam perkembangan
dan peradaban islam di desa Jatirejo.
GAMBAR MASJID BAITURROCHIM
HASIL PENGECEKAN PLAGRAMME