Red Crown Glitter Ribbon

Sabtu, 24 Februari 2018

Essay Kitab Silsilatul-Ahaadiits adh-Dhaifah wal-Maudhu' ah wa Atsaruhas-Sayyi’ fil-Ummah dan Kitab Terjemahan




Pada tugas kedua mata kuliah Metodologi Studi Islam ini saya mengkaji kitab hadits dan terjemahannya. Kitab tersebut berjudul Silsilatul-Ahaadiits adh-Dhaifah wal-Maudhuah wa Atsaruhas-Sayyi fil-Ummah dan kitab terjemahannya berjudul Silsilah Hadits Dhaif dan Maudhu. Kitab ini berisi tentang 500 hadits yang dhaif dan maudhu. Yakni membahas tentang hadits-hadits yang tersebar namun ternyata hadits tersebut lemah (dha’if) atau bahkan palsu (maudhu’). Penyebaran hadits-hadits yang lemah akan keshahihannya bahkan haditsnya palsu bisa menimbulkan kebingungan bagi umat muslim khususnya masyarakat awam yang kebanyakan hanya menerima saja hadits yang tersebar.
Sebelum lebih jauh membahas isi kitab Silsilatul-Ahaadiits adh-Dhaifah wal-Maudhu ah wa Atsaruhas-Sayyi fil-Ummah dan kitab terjemahannya. Saya akan membahas tentang sistematika penulisan dan tampilan dari masing-masing kitab. Yang pertama saya akan membahas kitab aslinya. Kitab asli dengan judul yang cukup panjang seperti yang sudah saya tuliskan diatas memiliki sampul berwarna merah marun. Sampul depan dilengkapi dengan bingkai berwarna emas dan tulisan arab sedangkan sampul belakang tidak terdapat bingkai dan hanya ada simbol barcode berwarna emas. Berjumlah 503 halaman dengan panjang 24 cm, lebar 17 cm dan tebal 3 cm buku ini diterbitkan tahun 2004. Kertasnya menggunakan kertas hvs dengan tulisan berbahasa Arab tanpa harakat. Kitab yang ditulis oleh ulama ahli hadits bernama Muhammad Nashiruddin Al-albani membagi kitabnya menjadi 14 jilid. Kitab yang saya kaji ini adalah kitab jilid kedua.
Kitab terjemahannya sudah jelas memiliki sistematika penulisan dan tampilan yang berbeda. Cara membaca kitab terjemahan ini sama dengan membaca buku pada umumnya. Tidak seperti kitab aslinya yang cara membacanya dari bagian belakang. Bersampul depan warna ungu kebiru-biruan dengan motif kotak-kotak. Dilengkapi dengan judul serta nama penulis kitab. Sedangkan sampul belakang berwarna biru dengan tulisan yang menyinggung sedikit tentang kitab terjemahan ini. Kitab ini memiliki 450 halaman dengan panjang 21 cm, lebar 14 cm dan tebal 2,5 cm. Kitab yang diterbitkan tahun 1997 oleh Gema Insani Press ini ditulis oleh seorang penerjemah bernama A.M. Basalamah. Kertasnya menggunakan kertas kuning dengan tulisan berbahasa Arab untuk haditsnya dan bahasa Indonesia untuk terjemahan dan pembahasan tentang haditsnya.
Setelah membahas sistematika penulisan dan tampilan dari masing-masing kitab. Saya akan kembali membahas tentang isi dari kitab tersebut. Saya memilih untuk mengambil satu contoh hadits yang ada di kitab terjemahan. Berikut adalah salah satu contoh haditsnya :




  

Disitu disebutkan bahwa hadits tentang beri'tikaf di sepuluh hari terakhir ramadhan pahalanya sama seperti dua kali haji dan dua kali umrah adalah maudhu' atau  palsu karena perawinya atau orang yang meriwayatkan hadits tersebut ditolak riwayatnya oleh jumhur ahli hadits. Maksud dari Jumhur ahli hadits adalah mayoritas para ahli hadits menolak riwayat tersebut. selain jumhur ahli hadits ada Imam Bukhari yang juga menolak riwayat Muhammad bin Zadan.

Menurut saya hadits ini dikatakan palsu mungkin karena disebutkan tentang pahala yang dapat diterima oleh orang yang beri'tikaf. Selain itu juga karena perawinya yang tidak diakui oleb jumhur ahli hadits. Setahu saya hadits tentang beri'tikaf yang lain hanya menyebutkan bahwa Rasulullah Saw melakukan i'tikaf pada bulan ramadhan tepatnya di sepuluh hari terakhir dan beliau juga melakukan i'tikaf selama 20 hari di tahun beliau wafat. Yang jelas beritikaf sangat dianjurkan dan sangat bermanfaat. Diluar dari pendapat-pendapat tentang hadits seperti yang diatas. Wallahu a'lam.

BIOGRAFI MUHAMMAD NASHIRUDDIN AL-ALBANI

Bernama lengkap Abu Abdirrahman Muhammad Nashiruddin bin Nuh al-Albani. Beliau lahir tahun 1333 H atau sama dengan 1915 M. Di kota Asqodar yang dulunya menjadi ibukota Albania. Meskipun dilahirkan di keluarga yang tidak berkecukupan beliau memiliki tingkat keagamaan yang tinggi.  Hal ini tidak lepas dari peran ayahnya, Al Haj Nuh, beliau pernah menimba ilmu di salah satu lembaga pwndidikan di Utsmaniyah (istambul). Saat pemerintahan berubah menjadi sekuler atas perintah Raja Ahmad Zagho. Beliau sekeluarga memutuskan untuk pindah ke Damaskus karena khawatir agama dan keluarganya menjadi terganggu. 
Setibanya di Damaskus, Syeih al-Albani kecil sudah belajar bahasa arab. Beliau sekolah hanya sampai tingkat ibtida'iyah. Kemudia  belajar tentang Al-Quran, ilmu-ilmu syar'i, ilmu-ilmu lughah, ilmu fiqih madzhab Hanafi,  dan ilmu nahwu bersama dengan ayahnya dan syeikh-syeikh lainnya. Syeikh al-Albani pernah bekerja menjadi tukang kayu namun tidak berhasil.  Setelah itu beliau mencoba membuka usaha reparasi jam yang didapat keterampilannya dari sang ayah. Usaha tersebut berhasil dan membuat Syeikh al-Albani menjadi semakin terkenal. Dan menjadi sumber penghasilan beliau.
Di umur sekitar 20-an beliau mulai menggeluti ilmu hadits. Beliau memulainya dengan menyalin salah satu kitab karya al-Iraqi. Meskipun hal ini ditentang keras oleh ayahnya karena dianggap sebagai pekerjaan yang tidak menguntungkan. Bukan malah menyerah Syeikh al-Albani tambah bersemangat untuk mempelajari ilmu hadits. Beliau bahkan sampai menutup toko untuk bisa berada di perpustakaan adh-Dhariyah di Damaskus. Beliau menghabiskan sekitar 12 jam di perpustakaan untuk menelaah, memberi catatan dan meminjam buku-buku yang ada disana. Namun beliau tetap tidak lupa akan kewajibannya menunaikan sholat.
Syeikh al-Albani pernah dipenjara sebanyak dua kali. Pertama dipenjara selama satu bulan dan yang kedua selama eadh-Dha'ifah wal Maudhu'ah. 
nam bulan. Hal ini terjadi karena beliau yang gigih dalam berdakwah untuk kembali kepada Al-Quran dan sunnah Rasulullah Saw. dan memerangi bid'ah sehingga orang-orang yang dengki terhadapnya menyebarkan fitnah. Meski pernah dipenjara beliau tetap memiliki kontribusi dalam menghidupkan ilmu hadits. Salah satunya dsngan mengeluarkan beberapa karyanya, seperti Adabuz-zifaf fi As-Sunnah al-Muthaharah, Silsilah al-Hadita ash Shahihah, serta kitab yang saya kaji ini yaitu Silsilah al-Hadits


REFLEKSI

Kitab asli tentang hadits, tentang fiqih, atau tafsir memang mudah ditemukan di perpustakaan pusat IAIN Surakarta. Namun yang membuat hal ini menjadi membutuhkan usaha yang sedikit keras lagi, yaitu mencari kitab terjemahannya. Karena tidak setiap kitab asli yang ada di perpustakaan pusat tersedia kitab terjemahannya. Sedangkan saya harus mengkaji antara kitab asli dan kitab terjemahan. Ditambah lagi bukan hanya saya atau teman sekelas saya yang mencari tapi juga tiga kelas lainnya dalam waktu yang berdekatan.
Letak kitab asli yang ada di lantai dua dan kitab terjemahan yang ada di lantai satu membuat saya harus bolak balik melewati tangga. Awalnya saya mencari kitab terjemahannya lalu keatas untuk mencocokkannya dengan kitab-kitab asli yang tersedia. Mengelilingi rak-rak buku mencari kode yang sama seperti buku terjemahan yang saya bawa. Percobaan pertama tidak berhasil. Saya mengubah strategi, mengelilingi rak-rak itu lagi mencari kode buku yang banyak terdapat di rak lantai atas tersebut. Lalu mencarinya ke bawah dan saya menemukannya. Saya bawa ke atas dan saya cocokkan. Kode bukunya sama namun jilidnya yang berbeda. Saya ubah lagi strateginya. Dengan mengambil gambarnya supaya saya tidak naik turun tangga terus. Dan akhirnya ketemu yaitu Kitab dari Muhammad Nashiruddin al-Albani tentang silsilah hadits lemah dan palsu jilid dua
Kitab aslinya saya buka beberapa lembar lalu tidak saya lanjutkan. Penuh dengan tulisan bahasa arab yang saya tidak tahu artinya. Kemudian saya buka kitab terjemahannya terdapat ratusan hadits yang ternyata adalah hadits dengan keshahihan yang lemah bahkan palsu seperti yang saya cantumkan gambarnya diatas. Dari melihat-lihat isi kitab tersebut dan membacanya sekilas menunjukkan bahwa banyak hadits yang belum saya ketahui. Bahkan dari 500 hadits yang disuguhkan di kitab tersebut hanya beberapa yang saya tahu dan ternyata menurut kitab tersebut adalah lemah ataupun palsu.
Hal ini membuat saya belajar jika ingin melakukan atau mempraktikkan suatu hadits. Hadits itu sudah harus shahih dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Karena banyak oknum-oknum yang menyalahgunkan bahkan memalsukan hadits untuk kebutuhan pribadinya atau mencapai tujuan tertentu. Jadi jangan hanya menerimanya lalu dipraktikkan atau disebarkan tanpa mencari keshahihannya. Tetapi bisa ditanyakan dahulu kepada ahli hadits atau dengan membaca-baca kitab seperti kitab karya Syeikh al-Albani ini. Jadi niat kita untuk mengikuti sunnah Rasul menjadi lebih ikhlas dan tenang. Karena hadits yang kita praktikkan sudah teruji kebenarannya.

HASIL PLAGRAMME











0 komentar:

Posting Komentar