Red Crown Glitter Ribbon

Sabtu, 03 Februari 2018

RESUME BUKU METODOLOGI STUDI ISLAM



Identitas Buku

     Judul Buku           : METODOLOGI STUDI ISLAM
                                    ( Ilustrasi Kajian Islam Ranah Normatif dan Empiris )
     Nama Penulis       : Aris Widodo, M.A
     Tahun Terbit         : 2014
     Penerbit                : CV. HIDAYAH Yogyakarta




Sisi Filosofis Al-Qur’an : Beberapa Kisah Ilustratif

Al-Qur’an sebagai buku petunjuk juga sebagai awal untuk mempelajari mata kuliah filsafat. Karena Al-Qur’an mengandung ilmu-ilmu tentang hukum, filsafat, dan tasawuf. Oleh sebab itu, Al-Qur’an dapat menjadi bahan untuk mendalami hal-hal terkait filosofis. Dengan merujuk pada 6 cabang filsafat, yaitu logika, epistemologi, kosmologi, metafisika, etika, dan estetika. Berikut dapat ditunjukkan dengan pemaparan salah satu kisah yang ada dalam Al-Qur’an tentang pencarian Tuhan oleh Nabi Ibrahim. Perjalanan Nabi Ibrahim ini menunjukkan sisi Filosofis Al-Qur’an terkait dengan logika.
Dalam Surat Al-An'am ayat 76-79, diceritakan Nabi Ibrahim yang mencari tuhan lewat benda-benda langit.  Awalnya beliau memandang kerlip bintang. Lalu berpikir bintang adalah Tuhan. Ternyata bintang tadi hilang eksistensinya digantikan oleh rembulan. Ini adalah Tuhanku beliau berseru. Akan tetapi, rembulan hilang tergantikan matahari yang lebih menyilaukan sinarnya. Inilah Tuhanku beliau berseru. Namun silaunya iti hilang di telan malam. Nabi Ibrahim bingung, mengapa mereka semua terkalahkan.
Dari terkaan terhadap benda-benda langit itu timbul sebuah pemikiran. Bahwa Tuhan seharusnya tidak terkalahkan tidak pula bisa tergantikan . Karena Tuhan Maha Kuasa. Kalau begitu mereka (bintang, rembulan, dan matahari) bukanlah Tuhan. Maka pencarian Nabi Ibrahim tentang Tuhan dilanjutkan dengan meninggalkan alam-fisik menuju alam-metafisik (tidak terlihat). Kisah ini menimbulkan pertanyaan "Apa"  atau "Siapa" yang disebut dengan Tuhan. Seperti yang disebutkan sebelumnya melalui pernyatan beliau,  berarti Al-Qur’an telah memberikan karakteristik Tuhan bahwa Tuhan tidak "yang dikalahkan dan tergantikan" melainkan "Yang Maha Kuasa".
Logika kembali dipraktikkan oleh Nabi Ibrahim dengan menghancurkan berhala dan menyisakan yang paling besar. Ketika kaumnya menuduh bahwa ia yang telah melakukannya, beliau dengan cerdik menunjuk berhala paling besar yang telah menghancurkan. Kaumnya mengelak, tidak mungkin berhala itu yang melakukan. Nabi Ibrahim lalu membaliknya dengan pertanyaan, "lalu bagaimna kalian menyembah selain Allah sesuatu yanv tidak kuasa memberi manfaat dan mendatangkan mudharat kepada kalian?"  (Surat Al-Anbiya :62-66).
Menilik dari kehidupan Nabi Ibrahim tersebut,  jelas perjalanan dalam pencarian Tuhan melelui proses penalaran logika.  Dimulai dari pengamatan terhadap fakta-empiris atau berdasar pengalaman,  hingga menarik kesimpulan yang disebut dengan Tuhan ialah sesuatu yang bersifat metafisik namun memiliki kuasa yang besar. Itulah sisi Al-Qur’an tentang logika.  Kemudian ditilik kembali dari sisi filsafat cabang epistemologi . 
Epistemologi mempelajari pengetahuam, pengandaian dan dasarnya, serta pertanggungjawaban mengenai pengetahuan yang dimiliki (Hardono Hadi, 1994,hlm.5).Dalam kaitannya deng epistemologi, Al-Qur’an salah satunya dalam sumber pengetahuan, misalnya kisah perjalanan Nabi Musa dalam mencari ilmu. Dalam surat Al-Kahfi :60-82 diceritakan tentang kisah Nabi Musa yang berguru kepada "hamba Allah" yang bisas disebut Khidr.  Khidr melakukan beberapa kelakuan "aneh"  seperti melubagi perahu,  membunuh pemuda,  dan menegakkan tembok rumah yang akan roboh. Kebingungan Nabi Musa timbul hingga ia paham setelah Khidr menjelaskan alasan perbuatan aneh yang selama ini dilakukan.  Ini membuktikan tentang pengetahuan yang bersifat hierarkis,  bertingkat-tingkat.
Cabang filsafat kosmologi yang mengkaji hakekat alam semesta. Al-Qur’an memberikan penjelasan tentang bagaimana alam semesta ini lahir. Di surat Al-Anbiya :30 " Tidaklah orang-orang yang ingkar itu melihatbahwa langit dan bumi itu pada awalnya adalah satu padu,  kemudian kami pisahkan keduanya ". Ayat ini bisa menjadi perenungan tentang apakah alam semesta itu kekal ataukah masih baru.
Beralih kita ke cabang filsafat metafisika mengenai hal-hal non-fisik. ilustrasinya bisa kita lihat kembali dalam perjalanan mencari Tuhan yang bersifat metafisik. Karena bersifat di seberang fisik, objek-objek yang disodorkan Al-Qur’an dapat menjadi bahan perenungan filosofis, apakah bisa dipertahankan secara rasional atau tidak.  Selanjutnya cabang filsafat etika dan estetika. Etika mendiskusikan tentang bagaimana kita menjalani kehidupan ini.  Dalam Al-Qur’an dijelaskan tentang karakteristik orang munafik dan orang beriman saat melakukan sholat (surat An-Nisa':142 dan Al-Mu'minun:2).
Yang terakhir cabang filsafat estetika yang membahas hakekat keindahan. Dalam Al-Qur’an diceritakan di surat Yusuf:23-32 bahwa Zulaikha yang terpesona oleh keindahan dari dalam diri Yusuf.  Sehingga ia merayu Yusuf agar bisa merasakan keindahan tersebut. Itulah ilustrasi-ilustrasi dari sisi Filosofis Al-Qur’an dengan merujuk enam cabang filsafat, yaitu logika, epistemologi, kosmologi, metafisika, etika, dan estetika.

Tauhid Sosial sebagai Basis Pendidikan Islam :Sebuah Artikulasi Filosofis-Qurani

Pendidikan haruslah memiliki paradigma sebagai landasannya. Sama halnya dalam Pendidikan Islam. Bicara tentang Pendidikan Islam landasan yang menyokongnya haruslah yang mengandung prinsip-prinsip islam atau disebut paradigma islam sebagai asasnya. Lalu apa yang menjadi paradigma islam yang dapat kita kulik di dalam Al-Qur’an. Dengan ilustrasi pohon yang baik dan pohon yang buruk Al-Qur’an menjelaskan.
Pohon yang baik ialah yang akarnya kuat dan batangnya menjulang tinggi. Pohon yang buruk adalah yang akarnya tercabut sehingga tidak dapat berdiri. Pohon yang baik diibaratkan dengan kalimat yang baik, yang mana, yaitu seruan kepada Allah (tauhid) . Sedangkan pohon yang buruk diibaratkan kalimat yang buruk, yang mana, yaitu seruan yang bertentangan dengan tauhid, sirik.
Oleh karena itu, tauhid merupakan akar dari pohon yang baik. Maka bisa dijadikan tauhid sebagai paradigma pendidikan islam. Mengingat cabang yang ada pada pohon baik itu juga berbicara tentang pendidikan islam. Namun diketahui tauhid berbicara tentang ketuhanan,  sedangkan pendidikan islam berhubungan dengan pendidikan insan muslim. Maka muncul istilah "tauhid sosial".
Tauhid sosial ini mengkaitkan antara dimensi vertikal dan horizontal. Semisal saat mengerjakan puasa di bulan ramadhan adalah hubungan kita sebagai bentuk keimanan kepada Allah.  Setelah melakukan puasa kita diwajibkan membayar zakat fitrah. Zakat ini sebagai wujud dimensi horizontal. Dengan membayar zakat kita telah menjaga hubungan kita dengan sesama melalui bantuan yang kita berikan.  Maka dengan asas "tauhid sosial" sebagai paradigma pendidikan islam ini diharapkan dapat mengarahkan anak didik untuk dapat memiliki sensitivitas dalam dimensi vertikal sekaligus horizontal.

Per-satu-tubuhan sebagai Simbol Pola Relasi Laki-laki dan Perempuan : Sebuah Konsep Kesetaraan Gender dalam Al-Qur’an

Sejarah awal perempuan di Barat sudah menyandang stigma negatif. Hal ini ditilik dari kisah mitologi Yunani, Epimetheus dan istrinya, Pandora.  Epimetheus memperingati istrinya untuk tidak membuka sebuah kotak yang katanya berisi hal-hal negatif. Namun Pandora tidak menggubrisnya sehingga karena hal itu,  kekacauan dan penyakit menyebar ke seluruh dunia. Stigma negatif dapat dilihat juga dari kisah Siti Hawa yang dianggap telah menggoda Nabi Adam.
Seiring berjalannya waktu kesan terhadap perempuan mulai membaik ke arah positif. Hal ini dilihat dari dicantumkannya hak-hak perempuan untuk memberikan suara dalam pemilihan. Lebih luas lagi saat para buruh,  laki-laki maupun perempuan, menuntut perbaikan kesejahteraan dengan menaikkan upah mereka. Kemudian muncul Gerakan Feminisme, yang menuntut kebebasan peluang karier bagi perempuan yang berujung kepada kesetaraan gender untuk laki-laki dan perempuan. Kesetaraan gender ini menjadi konsen para pemikir muslim, misalnya, Nasaruddin Umar dan Siti Musdah Mulia.
Nasaruddin Umar dalam bukunya,  Argumen Kesetaraan Jender:Perspektif Al-Qur’an menjelaskan tentang persamaan laki-laki dan perempuan dalam konteks sebagai hamba,  yang sama-sama memiliki hawa nafsu dan berpotensi mendapatkan ridho Allah. Dalam kisah lainnya ketika zaman jahiliyh bayi perempuan harus dibunuh. Al-Qur’an berupaya untuk menghilangkan kebiasaan itu dengan meningkatkan martabat perempuan secara bertahap.  Sekali tiga uang dengan Siti Musdah Mulia,  dalam bukunya Muslimah Reformis:Perempuan Pembaru Keagamaan yang menyatakan laki-laki dan perempuan sama sebagai hamba Allah.

Teka-teki Ke-kekala-an Akhirat : Apresiasi atas Pemikiran Agus Mustofa (1963-...)

Permasalahan tentang kekal tidaknya akhirat ini menjadi sorotan seorang pemikir Muslim, yaitu Agus Mustofa. Pria kelahiran Malang ini selalu berupaya menghubungkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan temuan-temuan sains modern.  Seperti saat beliau menerbitkan salah satu bukunya,  Ternyata Akhirat tidak Kekal. AM sapaan akrabnya terlebih dulu mendiskusikan tentang akhirat yang merupakan sesuatu yang ghaib. Menurutnya Ghaib itu relatif, bisa saja sesuatu dianggap ghaib bagi seseorang,  namun tidak bagi bagi orang lain. Misalnya kisah Nabi Nuh di surat Hud:49 yang sebenarnya tidak ghaib bagi yang mengalaminya, tetapi ghaib bagi yang tidak mengalaminya.
Kembali kepada pembuktian AM dengan berdasar ayat-ayat Al-Qur’an yang dihubungkan dengan sains modern. Kita lihat surat Al-A'raf:25 "Katakanlah : di bumi itulah kalian hidup,  dan di bumi itu kalian mati,  dan di bumi itu pula kalian akan dibangkitkan". AM menegaskan bahwa manusia sejak lahir,  kemudian mati,  lalu dibangkitkan kembali, semuanya terjadi di bumi. Selain itu pada surat Ibrahim:48 "Pada hari diganti bumi ini dengan bumi yang lain, dan demikian pula langit, dan mereka menghadap kepada Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa". AM menyimpulkan bahwa kehidupan akhirat juga akan terjadi di dunia.
AM juga membuat pernyataan bahwa kiamat dibagi menjadi dua, yaitu kiamat bumi dan kiamat alam semesta. Mengenai kiamat bumi merujuk pada surat Al-Mulk:16-17 tentang Allah yang akan menenggelamkan dan menjungkirbalikkan bumi selaras dengan perkiraan teori sains bahwa beberapa ribu tahun kemudian kita akan di serang oleh jutaan batu meteor. AM juga memaparkan tentang para penghuni surga dan neraka akan tinggal ditempatnya masing-masing selama 15 miliar tahun. Merujuk pada teori sains bahwa proses mengembangnya alam semesta akan berakhir setelah 15 miliar tahun.
Pemikiran-pemikiran Agus Mustofa yang berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an dan teori-teori sains yang saling berhubungan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa ternyata akhirat tidak kekal. Pernyataan ini diperkuat dengan 2 statement : "Semua kehidupan baik di dunia maupun diakhirat, dari Adam dan Hawa, hingga kehidupan akhirat nanti,  semuanya terlaksana di bumi." dan "Karena semuanya terlaksana dibumi maka kehidupan akhirat yang didalamnya terdapat surga dan neraka tidak akan kekal, sebab bumi pada akhirnya akan hancur".

Anasir Filantropi dalam Prosesi Idul Fitri :Tinjauan Filsafat Hukum Islam dalam Khazanah Ritual Islam

Abdul Hakim bin Amir Abdat dalam tulisannya berjudul Makna Idul Fitri/Adha mengkritik pernyataan tentang pengartian hari raya idul fitri sebagai "kembali kepada fitrah (suci) “. Padahal sudah jelas ditelaah dari segi bahasa dan syara perbedaannya. Dari segi bahasa jelas berbeda makna fitr yang berarti" berbuka" dengan fitrah yang artinya "suci". Yang sama sekali tidak ada keterkaitan. Dari segi syara,  hadist-hadist menjelaskan tentang Idul Fitri yaang artinya "kembali berbuka".
Namun tidaklah salah jika pemaknaan Idul Fitri sebagai Kembali kepada fitrah,  sebagaimana hadist tentang fungsi zakat fitrah sebagai pencuci dosa orang yang telah berpusa di bulan ramadhan. Zakat fitrah adalah upaya mewujudkan sifat rahmah atau kasih sayang, memiliki rasa simpati dan mau membantu mereka atau modern disebut dengan "Filantropi" (kedermawanan). Filantropi ini dibagi menjadi dua, filantropi zahir dan bathin.  Filantropi zahir dengan berinfaq, sedangkan bathin dengan memaafkan orang lain.
Serangkaian proses Idul Fitri yang dimulai dari berpuasa sebulan penuh pada bulan ramadhan, kemudian melaksanakan zakat fitri, dan barulah merayakan Idul Fitri telah dapat mewujudkan sifat rahmah atau kasih sayang. Menerapkan kedua filantropi sekaligus. Filantropi zahir dengan mengulurkan bantuan melalui zakat fitrah. sedangkan bathin dengan saling memaafkan atas kesalahan yang telah diperbuat.

Pandangan Umat Islam di Belanda mengenai Gerakan Ahmadiyah

Gerakan paling kontroversial dalam islam salah satunya ialah gerakan ahmadiyah.  Bagaimana tidak, pendirinya telah mengklaim diri sebagai mahdi, almasih, bahkan seorang nabi. Jelas klaim ini sangat bertentangan bagi mayoritas muslim. Walaupun tidak sedikit yang mau menerima keberadaan gerakan ini. Gerakan Ahmadiyah yang dibawa oleh Mirza Ghulam Ahmad muncul dalam situasi perjuangan India untuk mendapat kemerdekaan. Para umat Islam India dihadapkan pada pandangan tentang memilih tetap berjihad memperjuangkan atau mengambil sikap kooperatif dengan pemerintah Inggris. Mirza adalah salah satunya yang menyerukan untuk mengambil sikap kooperatif. Menurutnya berjihad tidaklah lagi relevan pada saat itu. 
Dukungan terhadap Mirza terus berdatangan seiring ajaran-ajaran agama islam yang terus dilancarkan. Namun antusiasme itu kemudian luntur ketika Mirza mengklaim diri sebagai mahdi, almasih, bahkan sebagai nabi.  Jelas sangat ditentang oleh muslim.  Umat islam percaya bahwa al Mahdi akan turun ketika akhir zaman bersama Nabi Isa, dan Nabi terakhir yang diutus oleh Allah ialah Nabi Muhammad SAW.
Pengikut Gerakan Ahmadiyah setelah kematian Mirza terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok Qadiani yang mengakui Mirza sebagai al Mahdi, al Masih, juga sebagai Nabi. Sedangkan kelompok Lahori yang hanya sampai pengakuan al Mahdi dan al Masih. Meskipun begitu kedua kelompok tersebut tetap disebut sebagai gerakan Ahmadiyah.
Gerakan Ahmadiyah didepan mata para ulama seperti Muhammad Iqbal,  Abu A'la Maududi dan Abul Hasan Ali Nadvi menentang keras gerakan tersebut. Mereka menganggap bahwa kelompok qadiani sebagai kelompok pengkhianat agama islam. Mereka dipandang bukan lagi sebagai muslim. Yang berarti umat muslim dapat menyebutnya deng orang-orang yang kafir. Ditegaskan lagi dengan konferensi organisasi-organisasi islam yang diselenggarakan di Mekkah.  Menyatakan bahwa gerakan Ahmadiyah bukanlah gerakan islam dan mereka bukanlah seorang muslim.  Kemudian dilarangnya mereka memasuki tanah suci. Melarang penyebaran gerakan Ahmadiyah dan memboikotnya.
Pandangan gerakan Ahmadiyah di Belanda memunculkan variasi jawaban,  entah dari organisasi-organisasi islam di Belanda atau dari individu independennya. Organisasi islam di Belanda seperti NMO (Netherlandse Muslim Omroep)  dan CMO (Contactorgaan Muslim en Overheid). Bersumber dari staf CMO sebagai wakil dari enam organisasi dibawah CMO. Dapat ditarik kesimpulan bahwa ada yang menerima dan ada yang dengan tegas menolak gerakan Ahmadiyah, namun ada juga yang memilih tidak mau menghakimi Ahmadiyah.
Senada dengan pendapat organisasi-organisasi islam tersebut. Individu independen yang diwakili para imam masjid. Dari Turki yang menganggap Ahmadiyah bukanlah kelompok muslim. Pandangan kedua dari maroko yang menganggap Ahmadiyah telah menyimpang dari ajaran islam tanpa memberi penilaian tentang apakah Ahmadiyah masih muslim atau tidak.  Pandangan yang terakhir datang dari imam asal Indonesia yang mengatakan bahwa ajaran qadiani dan lahori tentang klaim mereka itu menyimpang dari agama islam.  Namun mereka tetap menganggap sebagai muslim karena masih menyebutkan dua kalimat syahadat.

Siklus Kehidupan Manusia dalam Perspektif Filsafat Budaya

Manusia mengalami beberapa fase perkembangan dalam perjalanannya. Dalam perspektif filsafat budaya. Siklus kehidupan manusia ditandai dengan fase-fase perkembangan dengan ritual-ritual yang disebut rites of passage. Ritual-ritual tersebut dilakukan dengan berbagai varian sesuai kelompok masyarakat masing-masing. Contohnya dalam perubahasan status yang dialami seseorang yang telah melalui siklus kehidupan.
Ritual yang berkaitan dengan perubahan status ini misalnya kelahiran. Hadirnya seorang bayi dapat mengubah status baik bagi si bayi atau orangtua bayi itu sendiri. Yang dahulunya berstatus sebagai suami-istri sekarang bertambah status menjadi ibu-bapak. Jauh sebelum mereka menjadi suami-istri, mereka adalah dua individu yang tidak punya hubungan. Hingga mereka melakukan ritual pernukahan lalu berubah status menjadi suami-istri. Ritual pada saat kelahiran berbeda disetiap kelompok masyarakat. Contohnya menurut ajaran islam. Setelah kelahiran bayi akan diadakan aqiqahan. Jika bayi itu laki-laki, diumur tertentu, akan diadakan ritial sunatan.

Dengan beraneka ragam ritual budaya yang ada di kelompok masyarakat. Namun mereka memiliki pola pemikiran yang sama. Tujuan mereka mengadakan serangkaian rite of passage ini tak lain untuk mendapatkan berkat-Nya sehingga saat di fase kehidupan selanjytnya tidak mengalami hambatan.  



                                                                  Hasil Pengecekan Plagramme


0 komentar:

Posting Komentar