Beberapa waktu lalu tepatnya pada hari kamis tanggal 26 April 2018 saya
bersama tiga teman saya yang lain berkunjung ke starbuks. Kedai kopi yang memiliki
kantor pusat di Seattle Washington ini cukup populer dikalangan remaja atau
orang dewasa tingkat menengah hingga ke atas. Tempat ini dikunjungi untuk sekedar
nongki-nongki, mengerjakan tugas atau
mengadakan meeting kerja. Tidak
pernah terpikir oleh saya untuk mengerjakan tugas sambil menyeduh kopi di kedai
kopi terbesar di dunia. Lagi-lagi kalau bukan karena dosen ter-love kita, saya tidak bisa menjamin
bahwa saya akan ke sana. Awalnya saat saya mengambil undian tempat mana yang
akan dikunjungi, saya dan kelompok saya mendapat tempat di coffe break yang berada di Solo Grand Mall. Padahal saya sudah
berdo’a supaya tidak dapat tempat yang menunya kopi. Bukan karena saya tidak
suka kopi, tapi saya sayang uangnya untuk sekedar beli kopi seharga 30-an,
terlepas dari kualitas kopi itu sendiri serta fasilitas yang disediakan. Setelah
muter-muter lantai 3 Solo Grand Mall sebanyak 4 kali, tidak ketemu kedai yang
bertuliskan coffe break. Sebelumnya
saya sudah mencari di internet, dari informasi yang muncul kedainya terletak di
lantai 3 dekat lift. Tapi karena tidak ada jadilah saya dan 3 teman saya yang
lain beralih ke starbucks atas saran dari bapak dosen.
Terdapat kira-kira 3 cabang starbucks di Solo salah satunya ada di Solo
Paragon. Pengalaman pertama saya juga selain ke starbucks, yaitu ke Solo
Paragon. Saya tipe remaja rumahan, jadi diwajarkan sajalah kalau saya belum
pernah ke Solo Paragon. Pertama kali nonton bioskop saja saat saya memasuki
masa kuliah itupun ditraktir. Karena baru pertama kali ke Solo Paragon saya
melihat-lihat dahulu apa saja yang ada di sana. Berkeliling dari lantai satu
sampai lantai tiga. Saya kira letak starbucks berada di food court lantai tiga
ternyata ada di lantai satu. Setelah berkeliling saya turun ke lantai satu
menuju ke starbucks. Sampai di depan pintu starbucks saya dan yang lain sempat saling
bertatapan sambil tersenyum. “Wah beneran
nih kita masuk sini?”. Sambil mengumpulkan kepercayaan diri dan
meminimalisir hal-hal memalukan yang mungkin terjadi saya masuk paling akhir.
Ketika masuk indera penciuman saya langsung disambut oleh aroma kopi yang membuat
alis saya berkerut.
Menempati
tempat duduk yang kosong di sudut ruangan. Sofa sudut dan meja kecil berbentuk
bulat jadi pilihan kita. Kita langsung duduk saja karena tidak ada yang tahu
bagaimana tata cara memesan di starbucks. Kebetulan setelah kita duduk ada yang
baru masuk dan langsung datang ke baristanya. Dari situ saya tahu tata cara
memesan di starbucks. Bukan pelayan yang akan menghampiri kita menawarkan
menu-menu yang tersedia lalu menulis pesanan kita di kertas kecil. Dari pada
bingung di depan baristanya dan bikin malu, sebelum memesan kita membuka
aplikasi go food untuk tahu apa saja menu yang ada di starbucks dan tentu saja
yang ramah dengan kantong mahasiswi seperti saya. Pilihan saya jatuh pada
vanilla sweet cream cold brew. Saya tidak tahu itu minuman apa yang pasti ada
cream dan vanilla yang rasanya manis. Untuk harganya juga lumayan ramah kantong
yaitu Rp. 35.000. Sedangkan yang lain memilih iced caramel macchiato special,
iced espresso n matcha fusion, dan caramel cream affogato frapp yang
masing-masing harganya Rp. 35.000. Kenapa kita memilih menu yang berbeda-beda
karena supaya bisa saling mencoba.
Saya
dan satu teman saya menuju ke barista dan memesan pilihan kita tadi. Saya
menyebutkan apa saja yang mau dipesan kemudian baristanya bertanya atas nama
siapa. Di sini setiap cup minuman yang dipesan dituliskan nama orang yang memesan.
Saya sebutkan nama saya, Pentrilia, namun dipenggal pengucapannya jadi
Pentri-lia supaya jelas maksud saya. Tetapi karena saya mengucapkannya
dipenggal, mas baristanya mengira bahwa itu adalah nama dua orang jadi satu
nama untuk dua cup minuman. Kemudian saya sebutkan nama teman saya yang lain
yaitu Arda dan Danum. Sedangkan teman saya yang satu lagi, yaitu Sarah tidak
ditulis namanya karena sudah pas empat cup. Setelah memesan kita langsung
membayarnya karena memang sudah prosedurnya seperti itu. Saya jadi ingat
perkataan guru agama saya di SMK, beliau
bilang bahwa di Islam yang benar memang harus membayar dahulu baru kita dapat
apa yang kita pesan.
Setelah
memesan saya kembali ke tempat duduk. Sambil menunggu pesanan, saya mengamati
suasana di sana. Terdapat dua tempat yang disediakan disana, yaitu indoor dan
outdoor. Suasana di indoor cukup nyaman dengan suhu yang sejuk dan beberapa
pilihan tempat duduk seperti sofa, kursi kayu, dan model seperti pentri. Ada yang sedang mengetik mengerjakan tugas,
berdiskusi tentang pekerjaan, dan tidak sedikit yang hanya santai-santai. Lain
dengan di outdoor, menggunakan meja bulat dengan payung ditengahnya serta kursi
kayu yang mengelilinginya. Setelah beberapa menit menunggu, pesanan saya belum
juga datang. Saya melihat seorang lelaki di sebelah saya berdiri dan menuju ke
tempat barista. Lalu kembali ke tempat duduk dengan membawa cup minuman ukuran
sedang. Lagi-lagi saya baru mengerti ternyata jika pesanan kita sudah jadi,
nama yang tertera di cup akan dipanggil. Namun saya dan teman yang lain waktu
itu tidak mendengar nama kita dipanggil. Sedangkan lelaki yang di sebelah saya
yang baru datang sudah mendapat pesanannya. Karena itu, Arda dan Danum menuju
ke barista untuk mengambil pesanan kita.
Akhirnya
pesanan pun datang, lalu saya mencari cup yang bertuliskan nama saya. Ada nama Pentri
dan Lia yang mana itu semua adalah nama saya. Saya ambil yang bertuliskan
Pentri sedangkan Sarah mengambil yang bertuliskan Lia. Saya melihat warna dari
minuman yang bernama Pentri itu. Perasaan tadi saya pesan vanilla sweet cream
cold brew tapi kenapa ada warna hijaunya. Kemudian saya melihat gambar minuman
yang saya pesan tadi di aplikasi go food. Dan ternyata itu adalah iced espresso
n matcha fusion. Dengan paduan warna coklat kopi dan hijau yang saya tahu itu dari
matcha, disajikan di dalam cup plastik ukuran kecil bergambar bunga warna merah
muda. Penyajiannya menimbulkan kesan manis bagi siapa saja yang melihatnya.
Awalnya
saya tidak tahu apa itu matcha dan belum pernah mencobanya, jadi sebelum
meminumnya saya mencari tahu di internet tentang apa itu matcha. Ternyata
matcha adalah teh hijau yang sudah digiling halus sehingga menjadi bubuk teh.
Kemudian saya mulai meminumnya menggunakan sedotan dari lapisan yang paling
bawah, yaitu matcha. Untuk seseorang seperti saya yang baru pertama kali
merasakan yang namanya matcha mungkin akan terasa aneh. Rasa tehnya tidak
terlalu kuat dan lebih creamy.
Selanjutnya saya mencobanya dengan mengaduk rata antara matcha dan espresso.
Perpaduan tersebut menimbulkan lebih dominannya rasa kopi ketimbang si hijau dari matcha. Menjadikan
minuman ini terasa pahit, manis sekaligus unik yang timbul dari si matcha.
Tetapi jujur saja saya lebih suka es teh di warung mi ayam dari pada kopi
matcha ini.
Karena
tujuan kita memesan minuman yang berbeda-beda agar bisa saling mencoba. Tibalah
waktunya untuk icip-icip punya
tetangga. Dimulai dari milik Danum, yaitu caramel cream affogato frapp.
Bagaimana saya tahu, di cup tersebut ditulis kode “crm” yang bisa saya
kira-kira itu adalah singkatan dari cream. Dari menu yang dipesan, minuman yang
memakai cream adalah vanila sweet cream cold brew dan caramel cream affogato
frapp. Minuman yang didominasi warna coklat ini rasanya sangat pahit. Maka
menurut perkiraan saya minuman bertuliskan nama Danum tersebut adalah caramel
cream affogato frapp. Selanjutnya saya mencoba minuman milik Arda. Saya
perkirakan minuman berwarna coklat dan putih yang lebih mendominasi itu adalah
vanila sweet cream cold brew. Rasanya sangat manis bahkan rasa kopinya hampir
tidak ada. Dan minuman itu yang seharusnya saya nikmati. Kemudian yang terakhir
apa lagi kalau bukan iced caramel macchiato special milik Sarah. Hampir serupa
seperti milik Arda tadi, tetapi yang ini masih masih ada rasa pahit meski manis
lebih menguasai.
Menikmati
kopi matcha yang tidak lebih menyegarkan dari es teh, tetapi tetap saja habis
tidak tersisa. Sambil melihat-lihat interaksi dari para pengunjung, pilihan interior,
aksesoris dan paduan warna yang menambah suasana menjadi cozy dan betah untuk berlama-lama di sini. Saya dan teman-teman
juga tidak lupa untuk mengabadikan moment ini. Meski sedikit norak dan agak
malu karena sempat dilirik oleh beberapa pengunjung yang lain. Namun tidak
apa-apa namanya juga mencoba suatu hal yang baru, maka harus banget untuk take selfie. Setelah hampir 2 jam
bersantai bercanda ria menikmati sajian kopi yang berpadu dengan bubuk teh dan
tidak lupa untuk memotretnya. Saya dan teman-teman memutuskan untuk pulang.
Sebenarnya
saya dan teman-teman tidak langsung pulang. Sebelum benar-benar keluar dari
starbucks, kita sempat membicarakan untuk makan terlebih dahulu. Memang sudah
dasarnya saya sebagai remaja yang sederhana. Setelah minum kopi sekelas
starbucks, saya mengusulkan untuk makan di warung mi ayam di depan kampus.
Mereka yang memang satu frekuensi dengan saya menyetujui usul saya tersebut. Sampai
di warung mi ayam, seperti biasa saya selalu pesan mi ayam berikut minuman yang
lebih menyegarkan dari kopi matcha, yaitu es teh. Tentu saja itu hanya opini
saya tentang es teh lebih menyegarkan dari minuman sekelas iced espresso n
matcha fusion. Karena semua kembali kepada selera kita masing-masing.
Kalau
tidak salah dua hari setelah saya ke starbucks, ketika malam saya membaca-baca
berita di aplikasi UC News. Saat menggulir judul-judul yang tersedia, saya
tertarik pada judul yang satu ini, yaitu “Ustadz Somad : Pembeli Kopi Starbucks
Akan Disiksa di Neraka”. Wah, padahal kemarin saya baru membeli kopi di
starbucks. Karena penasaran bagaimana bisa kopi starbucks dikaitkan dengan
siksaan neraka, maka saya membuka berita tersebut. Dari berita tersebut yang
diambil dari salah satu video Ustadz Somad saat sedang berceramah yang tersebar
di sosial media youtube. Ustadz Somad membacakan pertanyaan tentang kafe yang
pemiliknya mengatakan bahwa mendukung LGBT, dan sebagian keuntungannya dipakai
untuk LGBT. Lalu bagaimana hukumnya membeli kopi di situ. Kemudian Ustadz Somad
menjawab “ Starbucks, kenapa malu-malu nyebutnya : starbucks”. Beliau melanjutkan
bahwa nanti para pembeli kopi di starbucks akan disiksa di neraka, karena ikut
menyumbang untuk LGBT.
Selain
itu saya juga membaca beberapa artikel yang menyebutkan bahwa Howard Schultz, mantan
CEO starbucks coffee menyatakan dukungannya terhadap pernikahan sesama jenis
atau LGBT. Selain itu bahkan lebih dari 200 perusahaan besar mendukung fenomena
LGBT yang sedang marak diperbincangkan di Indonesia akhir-akhir ini. Para
muslim Indonesia sebagai mayoritas tentu sangat mengecam fenomena tersebut
bahkan menuntut untuk mencabut perizinan starbucks di Indonesia. Jika kalian
masih ingat dengan kaum Nabi luth yang melakukan penyimpangan seksual. Kemudian
Allah berfirman dalam surat al-A’raf ayat 80 yang menjelaskan bahwa
penyimpangan yang dilakukan kaum Nabi Lut adalah perbuatan yang sangat hina. Maka
Allah akan memberi azab kepada orang-orang yang berbuat seperti kaum Nabi Luth.
Lalu
bagaimana dengan orang yang dengan sengaja mendukung besarnya LGBT. Atau orang
yang sama sekali tidak mendukung LGBT namun secara tidak sadar bahwa mereka
telah menyumbang atas besarnya kaum LGBT. Kalau begitu bukan hanya starbucks
saja, McDonald, bahkan sosial media seperti facebook dan twitter
terang-terangan mendukung LGBT. Mereka juga harus diboikot karena telah
mendukung LGBT. Lalu ditilik dari jawaban Ustadz Somad sebelumnya, maka mereka
yang menggunakan facebook dan twitter atau penikmat McDonald akan disiksa di
neraka.
Namun
menurut saya, pernyataan tersebut cukup disayangkan. Kita membeli kopi di
starbucks tujuannya untuk menikmati kopi tersebut. Selagi uang yang kita
gunakan adalah uang yang didapatkan dengan cara yang halal, maka sah-sah saja. Terkait
dengan uang yang kita berikan sebagai alat tukar untuk membeli kopi kemudian
keuntungan yang didapat oleh perusahaan tersebut, dalam hal ini starbucks. Hal
itu menjadi urusan mereka, karena menurut saya semua tergantung niat kita
seperti apa. Jika kita membeli kopi di starbucks semata-mata hanya untuk
membeli kopi atau menu-menu yang tersedia di sana, bukan untuk mendukung pernikahan
sejenis atau LGBT. Maka sebagai muslim serahkan saja semuanya kepada Allah,
biar Allah yang menilai niat kita. Wallahu a’lam bish shawab.
DOKUMENTASI
HASIL CHECK PLAGRAMME
0 komentar:
Posting Komentar