Red Crown Glitter Ribbon

Senin, 07 Mei 2018

STARBUCKS DAN LGBT ?


Beberapa waktu lalu tepatnya pada hari kamis tanggal 26 April 2018 saya bersama tiga teman saya yang lain berkunjung ke starbuks. Kedai kopi yang memiliki kantor pusat di Seattle Washington ini cukup populer dikalangan remaja atau orang dewasa tingkat menengah hingga ke atas. Tempat ini dikunjungi untuk sekedar nongki-nongki, mengerjakan tugas atau mengadakan meeting kerja. Tidak pernah terpikir oleh saya untuk mengerjakan tugas sambil menyeduh kopi di kedai kopi terbesar di dunia. Lagi-lagi kalau bukan karena dosen ter-love kita, saya tidak bisa menjamin bahwa saya akan ke sana. Awalnya saat saya mengambil undian tempat mana yang akan dikunjungi, saya dan kelompok saya mendapat tempat di coffe break yang berada di Solo Grand Mall. Padahal saya sudah berdo’a supaya tidak dapat tempat yang menunya kopi. Bukan karena saya tidak suka kopi, tapi saya sayang uangnya untuk sekedar beli kopi seharga 30-an, terlepas dari kualitas kopi itu sendiri serta fasilitas yang disediakan. Setelah muter-muter lantai 3 Solo Grand Mall sebanyak 4 kali, tidak ketemu kedai yang bertuliskan coffe break. Sebelumnya saya sudah mencari di internet, dari informasi yang muncul kedainya terletak di lantai 3 dekat lift. Tapi karena tidak ada jadilah saya dan 3 teman saya yang lain beralih ke starbucks atas saran dari bapak dosen.  
Terdapat kira-kira 3 cabang starbucks di Solo salah satunya ada di Solo Paragon. Pengalaman pertama saya juga selain ke starbucks, yaitu ke Solo Paragon. Saya tipe remaja rumahan, jadi diwajarkan sajalah kalau saya belum pernah ke Solo Paragon. Pertama kali nonton bioskop saja saat saya memasuki masa kuliah itupun ditraktir. Karena baru pertama kali ke Solo Paragon saya melihat-lihat dahulu apa saja yang ada di sana. Berkeliling dari lantai satu sampai lantai tiga. Saya kira letak starbucks berada di food court lantai tiga ternyata ada di lantai satu. Setelah berkeliling saya turun ke lantai satu menuju ke starbucks. Sampai di depan pintu starbucks saya dan yang lain sempat saling bertatapan sambil tersenyum. “Wah beneran nih kita masuk sini?”. Sambil mengumpulkan kepercayaan diri dan meminimalisir hal-hal memalukan yang mungkin terjadi saya masuk paling akhir. Ketika masuk indera penciuman saya langsung disambut oleh aroma kopi yang membuat alis saya berkerut.
Menempati tempat duduk yang kosong di sudut ruangan. Sofa sudut dan meja kecil berbentuk bulat jadi pilihan kita. Kita langsung duduk saja karena tidak ada yang tahu bagaimana tata cara memesan di starbucks. Kebetulan setelah kita duduk ada yang baru masuk dan langsung datang ke baristanya. Dari situ saya tahu tata cara memesan di starbucks. Bukan pelayan yang akan menghampiri kita menawarkan menu-menu yang tersedia lalu menulis pesanan kita di kertas kecil. Dari pada bingung di depan baristanya dan bikin malu, sebelum memesan kita membuka aplikasi go food untuk tahu apa saja menu yang ada di starbucks dan tentu saja yang ramah dengan kantong mahasiswi seperti saya. Pilihan saya jatuh pada vanilla sweet cream cold brew. Saya tidak tahu itu minuman apa yang pasti ada cream dan vanilla yang rasanya manis. Untuk harganya juga lumayan ramah kantong yaitu Rp. 35.000. Sedangkan yang lain memilih iced caramel macchiato special, iced espresso n matcha fusion, dan caramel cream affogato frapp yang masing-masing harganya Rp. 35.000. Kenapa kita memilih menu yang berbeda-beda karena supaya bisa saling mencoba.
Saya dan satu teman saya menuju ke barista dan memesan pilihan kita tadi. Saya menyebutkan apa saja yang mau dipesan kemudian baristanya bertanya atas nama siapa. Di sini setiap cup minuman yang dipesan dituliskan nama orang yang memesan. Saya sebutkan nama saya, Pentrilia, namun dipenggal pengucapannya jadi Pentri-lia supaya jelas maksud saya. Tetapi karena saya mengucapkannya dipenggal, mas baristanya mengira bahwa itu adalah nama dua orang jadi satu nama untuk dua cup minuman. Kemudian saya sebutkan nama teman saya yang lain yaitu Arda dan Danum. Sedangkan teman saya yang satu lagi, yaitu Sarah tidak ditulis namanya karena sudah pas empat cup. Setelah memesan kita langsung membayarnya karena memang sudah prosedurnya seperti itu. Saya jadi ingat perkataan guru agama saya di SMK,  beliau bilang bahwa di Islam yang benar memang harus membayar dahulu baru kita dapat apa yang kita pesan.
Setelah memesan saya kembali ke tempat duduk. Sambil menunggu pesanan, saya mengamati suasana di sana. Terdapat dua tempat yang disediakan disana, yaitu indoor dan outdoor. Suasana di indoor cukup nyaman dengan suhu yang sejuk dan beberapa pilihan tempat duduk seperti sofa, kursi kayu, dan model seperti pentri. Ada yang sedang mengetik mengerjakan tugas, berdiskusi tentang pekerjaan, dan tidak sedikit yang hanya santai-santai. Lain dengan di outdoor, menggunakan meja bulat dengan payung ditengahnya serta kursi kayu yang mengelilinginya. Setelah beberapa menit menunggu, pesanan saya belum juga datang. Saya melihat seorang lelaki di sebelah saya berdiri dan menuju ke tempat barista. Lalu kembali ke tempat duduk dengan membawa cup minuman ukuran sedang. Lagi-lagi saya baru mengerti ternyata jika pesanan kita sudah jadi, nama yang tertera di cup akan dipanggil. Namun saya dan teman yang lain waktu itu tidak mendengar nama kita dipanggil. Sedangkan lelaki yang di sebelah saya yang baru datang sudah mendapat pesanannya. Karena itu, Arda dan Danum menuju ke barista untuk mengambil pesanan kita.
Akhirnya pesanan pun datang, lalu saya mencari cup yang bertuliskan nama saya. Ada nama Pentri dan Lia yang mana itu semua adalah nama saya. Saya ambil yang bertuliskan Pentri sedangkan Sarah mengambil yang bertuliskan Lia. Saya melihat warna dari minuman yang bernama Pentri itu. Perasaan tadi saya pesan vanilla sweet cream cold brew tapi kenapa ada warna hijaunya. Kemudian saya melihat gambar minuman yang saya pesan tadi di aplikasi go food. Dan ternyata itu adalah iced espresso n matcha fusion. Dengan paduan warna coklat kopi dan hijau yang saya tahu itu dari matcha, disajikan di dalam cup plastik ukuran kecil bergambar bunga warna merah muda. Penyajiannya menimbulkan kesan manis bagi siapa saja yang melihatnya.
Awalnya saya tidak tahu apa itu matcha dan belum pernah mencobanya, jadi sebelum meminumnya saya mencari tahu di internet tentang apa itu matcha. Ternyata matcha adalah teh hijau yang sudah digiling halus sehingga menjadi bubuk teh. Kemudian saya mulai meminumnya menggunakan sedotan dari lapisan yang paling bawah, yaitu matcha. Untuk seseorang seperti saya yang baru pertama kali merasakan yang namanya matcha mungkin akan terasa aneh. Rasa tehnya tidak terlalu kuat dan lebih creamy. Selanjutnya saya mencobanya dengan mengaduk rata antara matcha dan espresso. Perpaduan tersebut menimbulkan lebih dominannya rasa kopi  ketimbang si hijau dari matcha. Menjadikan minuman ini terasa pahit, manis sekaligus unik yang timbul dari si matcha. Tetapi jujur saja saya lebih suka es teh di warung mi ayam dari pada kopi matcha ini.
Karena tujuan kita memesan minuman yang berbeda-beda agar bisa saling mencoba. Tibalah waktunya untuk icip-icip punya tetangga. Dimulai dari milik Danum, yaitu caramel cream affogato frapp. Bagaimana saya tahu, di cup tersebut ditulis kode “crm” yang bisa saya kira-kira itu adalah singkatan dari cream. Dari menu yang dipesan, minuman yang memakai cream adalah vanila sweet cream cold brew dan caramel cream affogato frapp. Minuman yang didominasi warna coklat ini rasanya sangat pahit. Maka menurut perkiraan saya minuman bertuliskan nama Danum tersebut adalah caramel cream affogato frapp. Selanjutnya saya mencoba minuman milik Arda. Saya perkirakan minuman berwarna coklat dan putih yang lebih mendominasi itu adalah vanila sweet cream cold brew. Rasanya sangat manis bahkan rasa kopinya hampir tidak ada. Dan minuman itu yang seharusnya saya nikmati. Kemudian yang terakhir apa lagi kalau bukan iced caramel macchiato special milik Sarah. Hampir serupa seperti milik Arda tadi, tetapi yang ini masih masih ada rasa pahit meski manis lebih menguasai.
Menikmati kopi matcha yang tidak lebih menyegarkan dari es teh, tetapi tetap saja habis tidak tersisa. Sambil melihat-lihat interaksi dari para pengunjung, pilihan interior, aksesoris dan paduan warna yang menambah suasana menjadi cozy dan betah untuk berlama-lama di sini. Saya dan teman-teman juga tidak lupa untuk mengabadikan moment ini. Meski sedikit norak dan agak malu karena sempat dilirik oleh beberapa pengunjung yang lain. Namun tidak apa-apa namanya juga mencoba suatu hal yang baru, maka harus banget untuk take selfie. Setelah hampir 2 jam bersantai bercanda ria menikmati sajian kopi yang berpadu dengan bubuk teh dan tidak lupa untuk memotretnya. Saya dan teman-teman memutuskan untuk pulang.
Sebenarnya saya dan teman-teman tidak langsung pulang. Sebelum benar-benar keluar dari starbucks, kita sempat membicarakan untuk makan terlebih dahulu. Memang sudah dasarnya saya sebagai remaja yang sederhana. Setelah minum kopi sekelas starbucks, saya mengusulkan untuk makan di warung mi ayam di depan kampus. Mereka yang memang satu frekuensi dengan saya menyetujui usul saya tersebut. Sampai di warung mi ayam, seperti biasa saya selalu pesan mi ayam berikut minuman yang lebih menyegarkan dari kopi matcha, yaitu es teh. Tentu saja itu hanya opini saya tentang es teh lebih menyegarkan dari minuman sekelas iced espresso n matcha fusion. Karena semua kembali kepada selera kita masing-masing.
Kalau tidak salah dua hari setelah saya ke starbucks, ketika malam saya membaca-baca berita di aplikasi UC News. Saat menggulir judul-judul yang tersedia, saya tertarik pada judul yang satu ini, yaitu “Ustadz Somad : Pembeli Kopi Starbucks Akan Disiksa di Neraka”. Wah, padahal kemarin saya baru membeli kopi di starbucks. Karena penasaran bagaimana bisa kopi starbucks dikaitkan dengan siksaan neraka, maka saya membuka berita tersebut. Dari berita tersebut yang diambil dari salah satu video Ustadz Somad saat sedang berceramah yang tersebar di sosial media youtube. Ustadz Somad membacakan pertanyaan tentang kafe yang pemiliknya mengatakan bahwa mendukung LGBT, dan sebagian keuntungannya dipakai untuk LGBT. Lalu bagaimana hukumnya membeli kopi di situ. Kemudian Ustadz Somad menjawab “ Starbucks, kenapa malu-malu nyebutnya : starbucks”. Beliau melanjutkan bahwa nanti para pembeli kopi di starbucks akan disiksa di neraka, karena ikut menyumbang untuk LGBT.
Selain itu saya juga membaca beberapa artikel yang menyebutkan bahwa Howard Schultz, mantan CEO starbucks coffee menyatakan dukungannya terhadap pernikahan sesama jenis atau LGBT. Selain itu bahkan lebih dari 200 perusahaan besar mendukung fenomena LGBT yang sedang marak diperbincangkan di Indonesia akhir-akhir ini. Para muslim Indonesia sebagai mayoritas tentu sangat mengecam fenomena tersebut bahkan menuntut untuk mencabut perizinan starbucks di Indonesia. Jika kalian masih ingat dengan kaum Nabi luth yang melakukan penyimpangan seksual. Kemudian Allah berfirman dalam surat al-A’raf ayat 80 yang menjelaskan bahwa penyimpangan yang dilakukan kaum Nabi Lut adalah perbuatan yang sangat hina. Maka Allah akan memberi azab kepada orang-orang yang berbuat seperti kaum Nabi Luth.
Lalu bagaimana dengan orang yang dengan sengaja mendukung besarnya LGBT. Atau orang yang sama sekali tidak mendukung LGBT namun secara tidak sadar bahwa mereka telah menyumbang atas besarnya kaum LGBT. Kalau begitu bukan hanya starbucks saja, McDonald, bahkan sosial media seperti facebook dan twitter terang-terangan mendukung LGBT. Mereka juga harus diboikot karena telah mendukung LGBT. Lalu ditilik dari jawaban Ustadz Somad sebelumnya, maka mereka yang menggunakan facebook dan twitter atau penikmat McDonald akan disiksa di neraka.
Namun menurut saya, pernyataan tersebut cukup disayangkan. Kita membeli kopi di starbucks tujuannya untuk menikmati kopi tersebut. Selagi uang yang kita gunakan adalah uang yang didapatkan dengan cara yang halal, maka sah-sah saja. Terkait dengan uang yang kita berikan sebagai alat tukar untuk membeli kopi kemudian keuntungan yang didapat oleh perusahaan tersebut, dalam hal ini starbucks. Hal itu menjadi urusan mereka, karena menurut saya semua tergantung niat kita seperti apa. Jika kita membeli kopi di starbucks semata-mata hanya untuk membeli kopi atau menu-menu yang tersedia di sana, bukan untuk mendukung pernikahan sejenis atau LGBT. Maka sebagai muslim serahkan saja semuanya kepada Allah, biar Allah yang menilai niat kita. Wallahu a’lam bish shawab.



DOKUMENTASI





 HASIL CHECK PLAGRAMME










0 komentar:

Posting Komentar